Sabtu, 29 Juni 2013

PRAKTEK FISIOLOGI HEMOGLOBIN

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hemoglobin merupakan pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah, suatu protein yang mempunyai berat molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit, setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkunjugasi dengan satu polipeptida. Heme adalah suatu derivate porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif di sebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Hemoglobin darah dapat mengangkut sekitar sekitar 60 kali oksigen lebih banyak apabila di bandingkan dengan air pada saat dalam kondisi dan jumlah yang sama. Hemoglobin dapat bergabung dengan oksigen udara yang terdapat dalam paru-paru karena mempunyai daya afinitas yang tinggi, sehingga terbentuklah oksihemoglobin yang kemudian oksigen tersebut I lepaskan ke sel-sel jaringan tubuh. Kadar hemoglobin di ukur dalam gram per 100 ml darah atau dalam gram persen.
 Terdapat  bermacam-macam cara di dalam menetapkan kadar hemoglobin darah yang sering di gunakan dalam pemeriksaan di laboratorium, seperti metode sahli dan pada metode talquits, namun yang paling sering di gunakan adalah metode sahli dan yang lebih canggih lagi metode cyanmethemoglobin. Metode sahli hemoglobin dihidrolisis dengan HCL menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara di oksidasi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion membentuk ferrimechlorid yang juga di sebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Pada metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin di oksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ionsanida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah.
B.     Tujuan Praktikum
1.      Tujuan umum
Setelah percobaan mahasiswa di harapkan mampu mengukur kadar hemoglobin dalam darah.

2.      Tujuan khusus
v  Melatih mahasiswa untuk dapat melakukan prosedur kerja dengan mandiri
v  Mahasiswa dapat mengetahui apa itu Hemoglobin ( hb )
v  Mahasiswa mampu melaksanakan pengambilan darah
v  Mahasiwa dapat mengetahui berapa kadar normal dalam hemoglobin
C.    Rumusan Masalah   
1.      Apa itu hemoglobin ?
2.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kadar hemoglobin ?
3.      Bagaimana fungsi hemoglobin itu ?

D.    Manfaat Praktikum
1.      Kita dapat mengetahui pengertian hemoglobin itu
2.      Kita dapat memahami secara jelas faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
3.      Kita dapat mengetahui fungsi  hemoglobin










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Darah
Darah adalah bagian cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsure-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupkan satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah.
Susunan Darah. Serum darah atau plasma terdiri atas :
Air                   :           91,0 persen
Protein             :           8,0 persen (Albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen).
Mineral            :           0,9 persen (Natrium khlorida, natrium bikarbonat, fosfor, dan                                                                                 magnesium)
Sisanya diisi oleh sejum;lah bahan organik, yaitu : glokose, lemak, urea, asam urat, kreatinin, cholesterol, dan asam amino.
Plasma juga berisi :
1)      Gas oksigen dan karbon dioksida
2)      Hormone-hormon
3)      Enzim, dan
4)      Antigen
Fungsi Darah
1)      Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, menghantar semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yangdiperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan dan menyingkirakan karbon dioksida dan hasil buangan lain.
2)      Sel darah merah menghanterkan oksigen ke jaringan dan menyinkirkan sebagian dari karbon dioksida.
3)      Sel darah putih menyediakan banyak pelindung dank arena gerakan fagotosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.
4)      Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembetukan jaringan, menyegarkan cairan jarigan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik untuk dibuang.
5)      Hormone dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan suatu protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.
Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”.
Dalam berbagai bentuk anemia jumlah hemoglobin dalam darah berkurang. Dalam beberapa bentuk anemia parah, kadar itu bisa di bawah 30 persen atau 5gr setiap 100 ml. karena hemoglobin mengandung besi yang diperlukan untuk bergabung dengan oksigen, maka dapat dimengerti bahwa pasien semacam itu memperlihatkan gejala kekurangan oksigen seperti napas pendek. Ini sering merupakan salah satu gejala pertama anemia kekurangan zat besi.1
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan pigmen merah yang membawa oksigen ke dalam sel darah merah, suatu protein yang mempunyi berat molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari empat sub unit. Setiap sub unit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivate porfin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin.

Sel Darah Merah
Sel darah merah (eritrosit) membawa hemoglobin ke dalam sirkulasi. Sel ini  berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang. Pada manusia sel ini berada di dalam sirkulasi selam lebih kurang 120 hari. Setiap sel darah merah manusia memiliki diameter sekitar 7,5 milimeter dan tebal 2 milimeter, setiap sel mengndung tepat 29pg hemoglobin. Sel darah merah seperti sel lain, mengerut di larutan yang mempunyai tekanan osmotic lebih besar dari pada tekanan osmotic plasma normal. Dalam larutan yang memiliki tekanan osmotic lebih rendah sel darh merah membengkak menjadi berbentuk bulat dan tidak berbentuk cakram lagi, kemudian sel ini akan kehilangan hemoglobin (hemolisis). Hemoglobin dari sel darah yang mengalami hemolisis larut di dalam plasma sehingga membuatanya berwarna merah. Sel darah merah mengalami lisis karena obat dan infeksi. Kerentanan sel darah merah terhadap hemolisis oleh agen-agen ini meningkat ada defisiensi enzin glokosa 6 fosfat dehidroganase (G6PD), yang menganalisis langkah awal dalam oksidasi glokosa melalui jalan heksosa monofosfat, jalur ini menghasilkan NADPH, yang agaknya diperlukan untuk pemeliharaan frgilitas sel darah merah normal.2
Sel – sel Darah
            Terdapat sekita 45% sel-sel darah di dalam darah. Sel-sel darah tersusun atas sel darah merah (eritosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit).
1.      Sel darah merah
Sel darah merah (eritrosit) berfungsi mengangkut atau mengedarkan oksigan dan karbon dioksida. Kemampuan mengikat oksigan dan karbon dioksida oleh sel darah merah adalah Karen adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah sutau protein yang memiliki daya ikat kuat terhadap  O2 dan CO2.
Hemoglobin memiliki dua komponen penyusun, yaitu heme dan globin. Heme adalah suatu pigmen yang mengandung zat besi (Fe). Heme inilah yang menyebabkan darah berwarna merah. Adapun globin adalah sejenis protein yang tersusun atas dua pasan rantai (alfa dan beta). Rantai tersebut berkaitan dengan heme yang mengandung zat besi. Hemoglobin yang berkaitan dengan oksigen disebut oksihemoglobin, sedangkan hemoglobin yang berkaitan dengan karbon dioksida disebut karbomino hemoglobin.
Eritrosit memiliki bentuk bulat pipih dengan cekungan di kedua permukaanya  (bikonkaf). Eritrosit memiliki diameter 7-8 milimeter. Jumlah eritrosit dalam setiap millimeter kubik darah adalah 5-6 juta eritrosit. Hal ini berarti, pada tubuh manusia, terdapat sekitar 30 miliar ertrosit. Jumlah eritrosit di dalam tubuh manusia berfariasi, sesuai dengan jenis kelamin, usia, dan ketinggian tempat orang tersebut tinggal.
Eritrosit diproduksi pada bagian sumsum tulang. Pembetukan eritrosit disebut eritropoesis. Di dalam peredaran darah, eritrosit dapat hidup sekitar empat bulan (120 hari). Eritrosit yang sudah tua atau rusak akan diuraikan di dalam hati. Hemoglobinnya dipecah menjadi zat besi, bilirubin, dan globin. Zat besi dan globin dapat digunakan kembali oleh tubuh, sedangkan bilirubin dikeluarkan menjadi cairan empedu.
2.      Sel darah putih
Sel darah putih (leukosit) berfungsi dalam pertahanan dan kekebalan tubuh. Leukosit akan mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Fungsi tersebut di dukung oleh kemampuan leukosit untuk bergerak amoeboit (seperti Amoeba) dan sifat fagotosis (memnagsa atau memakan).
Berdasarkan atau tidaknya granula di dalam sitoplasmanya, leukosit dibagi menjadi leukosit tidak bergranula (agaranulosit) dan leukosit bergranula (granulosit).
1)      Agranulosit
Agranulosit merupakan leukosit yang tidak memilki granula pada sitoplasmanya. Terdapat dua jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit.  Limfosit adalah leukosit yang tidak dapat bergerak memiliki satu inti sel. Limfosit berfungsi dalam membentuk antibody. Limfosit berukuran antara 8-14 milimeter. Monosit berukuran lebih besar daripada limfosit, yaitu 14-19 milimeter. Monosit memiliki inti berbentuk menyerupai ginjal.


2)       Granullosit
Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya. Berdasarkan sifat-sifat granul yang dimilikinya, granulosit dibedakan menjadi tiga, yaitu neurofil, basofil, dan eosinofil. Neurofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna netral. Basofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap warna bersifat basa.
3)      Keping Darah
Keping darah disebut juga dengan trombosit. Trombosit berbentu bulat, lonjong, bahkan berbentuk tidak beraturan. Trombosit tidak memiliki inti dan berukuran lebih kecil dibandingkan eritrosit.
Jumlah trombosit sekitar 250.000-400.000 dalam setiap millimeter kubik darah. Trombosit dapat hidup selama delapan hari. Trombosit berfung dalam proses penggupalan darah.
Mekanisme Penggupalan Darah
Apabila pembuluh darah rusak atau terpotong karena luka, darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah. Akan tetapi, darah tersebut akan berhenti mengalir keluar karena terjadi proses penggupalan darah.
Didalam plasma darah terdapat trombosit yang akan pecah apabila menyentuh permukaan yang kasar. Jika trombosit pecah, enzim tromboplastin yang dikandungnya akan keluar bercampur dengan plasma darah. Selain trombosit, di plasma darah terdapat protombin. Protombin akan diubah menjadi thrombin oleh enzim tromboplastin. Perubahan protombin menjadi thrombin dipicu oleh ion kalsium (CA2+). Protombin adalah suatu protein plasma yang pembetukannya memerlukan vitamin K.
Thrombin kakan berfungsi sebagai enzim yang dapat mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrinogen adalah suatu protein yang terdapat dalam plasma. Adapun fibrin adalah protein berupa benang-benang yang tidak larut dalam plasma. Benang-benag fibrin yang terbentuk akan saling bertautan sehingga sel-sel darah merah beserta plasma akan terjaring dan membentuk gumpalan.  Jaringan baru akan terbentuk menggantikan gumpalan tersebut dan luka akan menutup.

Golongan dan Transfusi Darah
Berdasarkan komposisi aglutinogen, golongan darah manusia dibedakan menjadi golongan darah A, B, AB, dan O. penggolongan darah ABO ditemukan oleh seorang ahli imunologi Austria, Karl Landsteiner (1868-1943). Penggolongan darah ini berdasarkan atas terdapatnya dua jenis aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.
Aglutinogen dan aglutinin adalah kandungan protein di dalam darah. Aglutinogen merupakan protein berupa antigen, sedangkan aglutinin merupakan protein berupa antibodi. Aglutinogen terdapat pada eritrosit, sedangkam agglutinin terdapat pada plasma darah. Selain sistem ABO terdapat penggolongan darah lainnya, yaitu sistem rhesus (rh). Sistem ini didasarkan atas ada atau tidaknya aglutinogen rhesus di dalam darah. Landsteiner menemukan sistem rh ini pada percobabannya terhadap kera Macaca rhesus. Pada sistem rh, apabila darah seseorang mengandung aglutinogen rhesus maka orang tersebut termasuk rhesus positif (rh+). Adapun jika tidak mengandung aglutinogen rhesus maka orang tersebut termasuk rhesus negative (rh-).
Penggolongan darah ABO berperan dalam transfuse darah. Transfuse darah adalah proses pemindahan darah dari tubuh seseorang ke dalam tubuh orang lain. Orang yang menerima darah disebut penerima atau resipien. Adapun orang yang memberikan darahnya disebut pemberi atau donor.
Hal yang harus diperhatikan dalam transfuse darah adalah jenis aglutinogen donor dan agglutinin resipien. Agglutinin memiliki kemampuan untuk mengumulkan eritrosit. Jadi, apabila aglutinogen donor bercampur dengan agglutinin resipien, darah resipien akan menggumpal. Darah donor yang bercampur dalam tubuh resipien akan dianggap sebagai antigan oleh tubuh.




Table Transfusi Darah
Resipien Donor
A
B
A
+
-
B
-
+
O
+
+
AB
-
-
Keterangan :
-          = Menggumpal
+    = Tidak menggumpal
Seseorang dengan golongan darah O disebut donor universal karena dapat di transfusikan kepada semua golongan darah (sistem ABO). Adapun golongan AB disebut sengan resipien universal karena dapat menerima semua golongan darah (sistem ABO). Akan tetapi, pada praktinya, hal tersebut jarang dilakukan karena kemungkinan adanya ketidakcocokan darah diluar sistem ABO.
Gangguan dan Penyakit yang Berkaitan dengan Darah
1.      Anemia
Anemia merupakan penyakit berupa kurangnya kadar hemoglobin, Fe, dan eritrosit dalam tubuh. Dalam keadaan normal kadar Hb dalam darah yaitu 12-16 gram%. Adapun jumlah eritrosit normal yaitu 5,3 juta/mm3 darah. Seorang yang menderita anemia memiliki gejala muka pucat, lesu, sakit kepala, dan gangguan menstruasi.
2.      Leukemia
Pada leukemia, produksi sel darah putih melebihi batas norma. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan abnormal pada jaringan yang memproduksi sel-sel darah. Leukemia dapat disebabkan oleh inveksi virus, terkena sinar radio aktif, terkena zat-zat kimia, serta faktor keturunan (genetik). Penderita leukemia memiliki cirri-ciri pucat, lesu, demam, dan pendarahan.

3.      Thalasemia
Thalasemia adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh gangguan produksi hemoglobin dan eritrosit. Thalasemia merupakan penyakit genetik atau keturunan. Gejala penyakit thalasemia sangat berfariasi, diantaranya anemia, pembesaran limfa, bentuk tulang abnormal, dan gangguan pertumbuhan.
4.      Sickle Cell Anemia
Sickle cell anemia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit. Sel darah merah yang berbentuk bulan sabit tersebut mudah untuk saling tindih pada pembuluh darah. Akibatnya, sel darah tersebut menyumbat pembuluh darah dan terjadi hemolisis (pecah). Selain itu, bentuk bulan sabit berakibat kurannya daya ikat terhadap oksigen.3
      Kependekan hb ( hemoglobin ) merupakan molekul protein di dalam sel darah merah yang bergabung dengan oksigen dan karbondioksida untuk di angkut melalui  system peredaran darah ke tisu-tisu dalam badan. Ion besi dalam bentuk fe+2 dalam hemoglobin yang memberikan warna merah pada darah . Dalam keadaan normal 100 arah  mengandungi 15 gram hemoglobin yang mampu mengangkut 0.03 gram oksigen. Terdapat beberapa cara bagi mengukur kandungan hemoglobin dalam darah. Kebanyakannya dilakukan secara automatic oleh mesin yang di reka khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap darah. Di dalam mesin ini, sel darah merah di ceraikan untuk mengasingkan hemoglobin dalam bentuk larutan. Hemoglobin yang terbebas in di campur dengan bahan kimia yang mengandungi cyanide yang mengikat kuat dengan molekul hemoglobin untuk membentuk cyanmet hemoglobin. Dengan menyinari cahaya melalui larutan cyanmethemoglobin dan mengukur jumlah cahaya yang di serap ( khususnya bagi gelombang antara 540 nanometer ) jumlah hemoglobin yang dapat di tentukan.
Kadar Hemoglobin biasanya ditentukan sebagai jumlah hemoglobin dalam gram (gm) bagi setiap dekaliter (100 mililiter). Kadar hemoglobin normal bergantung kepada usia, awalremaja, dan jantina seseorang itu.Kadar normal adalah :
1.  Baru lahir              : 17-22 gm/dl2.
2.  Usia seminggu         : 15-20 gm/dl3.
3.  Usia sebulan           : 11-15gm/dl.
4.  Kanak-kanak           : 11-13 gm/dl.
5.  Lelaki dewasa         : 14-18 gm/dl6.
6.  Wanita dewasa        : 12-16 gm/dl7.
7.  Lelaki separuh usia     : 12.4-14.9 gm/dl8.
8.  Wanita separuh usia    : 11.7-13.8 gm/dl9.
      Kadar hemoglobin yang rendah merupakan satu keadaan yang di kenali dengan sebagai anemik. Terdapat beberapa sebab berlakunya anemia. Sebab utama biasanya kehilangan darah( kecederaan teruk, pembedahan, pendarahan, kanser kolon), kekurangan vitamin ( besi, vitamin B 12, folate ), masalah sum-sum tulang ( penggantian sum-sum tulang oleh darah, pemedaman oleh rawatan dada chemotherapy, kegagalan buah pinggang ( ginjal ), dan hemoglobin tidak normal ( anemia sabit). Kadar hemoglobin yang tinggi pula terdapat di kalangan mereka yang tinggal di kawasan tanah tinggi dan perokok. Pendehidratan menghasilkan kadar hemoglobin tinggi.
Kompleks protein pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin, suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida. 
Fungsi hemoglobin
      Fungsi utama ialah mengikat dan membawa O2 paru-paru untuk di edarkan dan di bagikan ke seluruh sel di berbagai jaringan tubuh. Hemoglobin merupakan bahan yang penting sekali dalam eritrosit, karena fungsinya sebagai :
1.   Pembawa oksigen dalam paru-paru ke jaringan
2.   Sebagai dasar asam-basa yang baik di dalam sel
3.   Sebagai buffer oksigen di jaringan
Gejala kekurangan hemoglobin
1.      Sering pusing. Hal ini disebabkam otak sering mengalami periode kekurangan pasokan oksigen yang di bawa Hb terutama saat tubuh memerlukan tenaga yang banyak
2.      Mata berkunang kunang. Kurangnya oksigen otak akan mengganggu pengaturan saraf2 pusat mata.
3.      Pingsan. Kekurangan oksigen dalam otak yang bersifat ekstrim/mendadak dalam jumlah besar akan menyebabkan pingsan.
4.      Nafas cepat. Jika Hb kurang, untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka kompensasinya menaikkan frekwensi nafas. Orang awam menggambarkan ini dengan sesak nafas.
5.      Jantung berdebar. Untuk menculupi kebutuhan oksigen maka jantung harus memompa lebih sering agar darah yang mengalir di paru2 lebih cepat mengikat oksigen
6.      Pucat. Hb adalah zat yang zat yang mewarnai darah menjadi merah maka kekurangan yang ekstrim akan menyebabkan pucat pada tubuh. Untuk mengetahui secara pasti tentunya harus dengan pemeriksaan kadar Hb secara laboratorik.4

Anemia Sel Sabit (sickle cell anemia)
      Anemia sel sabit merupakan penyakit keturunan yang disebabkan oleh mutasi gen. mutasi pada penyakit ini terjadi pada pasangan kromosom ke-11 yang mengandung gen pembentuk hemoglobin. Mutasi terjadi pada satu nukleotida ADN yang menybabkan perubahan pembentukan asam amin, yaitu asam glutamate menjadi valin. Hal tersebut mengkibatkan hemoglobin yang terbentuk cacat.
      Mutasi tersebut menyebabkan sel darah merah (eritrosit) menjadi kaku dan biasanya bentuk sel seperti bulan sabit saat pelepasan oksigen. Selain itu, sel eritrosit cacat itu berumur hanya 10 sampai 20 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa umur sel eritrosit cacat itu sangat pendek karena sel yang normal berumur 120 hari.
      Orang yang menderita penyakit ini akan memiliki gejala antara lain anemia dan tersumbatnya pembuluh darah. Anemia terjadi karena berkurangnya sel eritrosit penderita akibat jumlah sel yang diproduksi lebih sedikit dari sel yang mati karena pendeknya umur sel eritrosit cacat tersebut. Gejala lain penyakit anemia sel sabit adalah sel sabit itu menyumbat pembuluh darah karena bentuk tersebut menyebabkan penumpukkan sel. Ketika terjadi penyumbatan pembuluh darah maka akibat lanjutannya akan menyebabkan nyeri pada seluruh tubuh yang mengalami penyumbatan pembuluh darah. Rasa nyeri umumnya terjadi pada bagian dada, lengan dan kaki. Akibat yang fatal adalh tersumbatnya pembuluh darah di paru-paru yang akan menggangu proses pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh, bahkan dapat mengakibatkan strok akibat sel saraf di otak kekurangan oksigen.
      Anemia sel sabit sebagai akibat mutasi memang memberikan efek yang fatal bagi penderita bahkan pada penderita usia dini dapat menyebabkan kematian. Efek mutasi tersebut ternyata juga menghasilkan suatu hal yang menarik.5

Hemoglobin dapat bergabung dengan oksigen udara yang terdapat dalam paru-paru karena mempunyai daya afinitas yang tinggi, sehingga terbentuklah oksihemoglobin yang kemudian oksigen tersebut dilepaskan ke sel-sel jaringan tubuh. Kadar hemoglobin diukur dalam gram per 100 ml darah atau dalam gram persen.
Hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut gas baik oksigen (O2) maupun karbondioksida (CO2). Selanjutnya melepaskan oksigen tersebut ke sel-sel jaringan yang terdapat didalam tubuh. Proses ini disebut oksigenasi, yang membutuhkan besi dalam bentuk ferro dalam molekul hemoglobin. Zat gizi tersebut menuju sumsum tulang sehingga menjadi bagian dari molekul heme guna membentuk eritrosit.
Kadar hemoglobin pada umumnya diukur dalam gram per 100 ml darah. Karena adanya hemoglobin, darah dapat mengangkut sekitar 60 kali oksigen lebih banyak apabila dibandingkan dengan air dalam jumlah dan kondisi yang sama. Suatu pengatur derajat hemoglobin yang penting adalah 2,3-difosfogliserat (DPG). Konsentrasi DPG yang tinggi di dalam sel menyebabkan afinitas hemoglobin terhadap oksigen yang lebih rendah. Jika pengiriman oksigen ke jaringan sangat terbatas seperti pada orang yang mengalami defisiensi sel darah merah atau orang yang hidup di dataran tinggi, konsentrasi DPG di dalam sel menjadi lebih tinggi daripada individu normal yang hidup normal di daerah permukaan laut. Hal ini menyebabkan hemoglobin membebaskan oksigen yang diikatnya segera ke dalam jaringan untuk mengimbangi penurunan oksigenasi hemoglobin di dalam paru-paru.6
Anemia Dalam Kehamilan
Seseorang, baik pria maupun wanita, dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 gr/100 ml. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sum-sum tulang.
Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hydremia atau hypervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kuarang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantug yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hydremia  cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsure besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.
1.      Frekuensi Anemia Dalam Kehamilan
Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% sampai 20%. Hal itu disebabkan karena pengenceran darah menjadi makin nyata denagan lanjutnaya umur kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan meningkat pula.
2.      Pengaruh Anemia dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan member pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalianan maupu dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia, seperti :
1)   Abortus
2)   Pertus premature
3)   Pertus lam karena inertia uteri
4)   Perdarahan poospertum karena atonia uteri
5)   Shock
6)   Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
7)   Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4gr/100 ini dapat menyebabkan             decompensatio cordis

Hypoxia akibat anemia dapat menyebabkan shock dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi anemia dalam kehamilan member pengaruh kurang baik, seperti :
1)      Kematian mudigah
2)      Kematian perinatal
3)      Prematuritas
4)      Dapat terjadi cacat bawaan
5)      Cadangan besi kurang
Jadi anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensi morbiditas serta mortalitas ibu dan anak.
Pembagian Anemia Dalam Kehamilan
Berbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah dikemukakan oleh para penulis. Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :
1)      Anemia defisiensi besi                        62,3%
2)      Anemia megaloblastik             29,0%
3)      Anemia hipoplastik                             8,0%
4)      Anemia hemolitik                                0,7%
A.    Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada perdarahan.
Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. Lagi pula di daerah khatulistiwa  besi lebih banyak keluar melalui air peluh dan melaui kulit. Masuknya besi setiap hari yang dianjurkan tidak sama untuk berbagai negeri. Untuk wanita tidak hamil, wanita hamil, dan wanita menyusui dianjurkan di
Amerika Serikat masing-masing 12 mg, 15 mg, dan 15 mg, di Indonesia masing-masing 12 mg, 17 mg, 17 mg.
Diagnosis
Diagnosis anemia defisiensi besi yang bert tidak sulit karena ditandai cirri-ciri yang khas bagi defisiensi besi, yakni microcytosis dan hypochromasia. Anemia yang ringan tidak selalu menunjukkan cirri-ciri khas itu, bahkan banyak yang bersifat normositer dan normochrom. Hal itu disebabkan karena defisiensi besi dapat berdampingan dengan defisiensi asam besi.
Sifat lain yang khas bagi defisiensi basi ialah :
1)      Kadar besi serum rendah
2)      Daya ikat besi serum tinggi
3)      Protoporphyrin eritrosit tinggi
4)      Tidak ditemukan hemosiderin
Terapi
Apabila pada pemeriksaan kehamilan hanya Hb yang diperiksa dan Hb itu kurang dari 10gr/100ml, maka wanita dapat dianggap sebagai menderita defisiensi besi, baik yang murni maupun yang dimorfis, karaena tersering anemia dalam kehamilan ialah anemia defisensi besi.
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mgsehari, seperti sulfas-ferrosus atau gloconas ferrosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10gr/100ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir. Peranan vitamin C dalam pengobatan dengan bisi masih diragukan oleh beberapa penyelidik. Mungkin vitamin C mempunyai khasiat untuk mengubah ion ferri menjadi ion ferro yang lebih mudah diserap oleh seraput usus.
Transfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan walupun Hb-nya kurang 6gr/100ml apabila tidak terjadi perdarahan. Darah secukupnya harus tersedia selama persalinan, yang segera harus diberikan apabila terjadi perdarahan yang lebih dari biasa, walaupun tidak lebih dari 1000 ml.

Pencegahan
 Di daerah-daerah dengan frekuensi anemia kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau gluconas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.
B.     Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik (pteroylglutamic acid), jarang sekali karena defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin). Berbeda dai di Eropa atau di Amerika Serikat frekuensi anemia megaloblastik dalam kehamilan cukup tinggi di Asia, seperti India, Malaysia, dan di Indonesia. Hal tersebut erat hubungannya dengan defisiensi makanan.
Diagnosis
Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megaloblast atau pro megaloblast dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas sebagai anemia makrosister dan hyperchrom tidak selalu dijumpai, kecuali bila anemianya sudah berat. Diagnosis pasti harus dapat dibuat dengan percobaan penyerapan (absorption test) dan percobaan pengeluaran (clearance test) asam folik. Pengobatan percobaan dengan asam folik dapat pula menyokong diagnosis naiknya jumlah retikulosit dan kadar Hb menujukkan defisiensi asam folik.
Terapi
Dalam pengobatan anemia megaloblastik sebaiknya bersama-sama dengan asam folik diberikan pula besi. Tablet asam folik diberikan dalam dosis 15-30 mg sehari. Jikalau perlu, asam folik diberikan dengan suntikan dalam dosis yang sama.
Apabila anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 maka penderita harus diobati dengan vitamin B12 dengan dosis 100-100 mikrogram sehari, baik per os maupun parental.
Karena anemia megaloblastik dalam kehamilan pada umumnya berat dan kadang-kadang degil sifatnya, maka transfusi darah kadang-kadan diperlukan apa-apa bila tidak cukup waktu karena kehamilan dekat aterm, atau apabila pengobatan dengan berbagai obat penambah darah tidak berhasil.
Pecegahan
Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah-daerah dengan frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak berhasil, maka besi harus ditambah dengan asam folik.
C.    Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan.
Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar Roentgen, racun, atau obst-obat. Dalam hal yang terakhir anemianya dianggap hanya sebagai komplikasi kehamilan.
Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita dengan selamat mencapai masa nifas, akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan-kehamilan berikutnya biasanya wanita menderita anemia hipoplastik lagi.
Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia hemoplastik karena kehamilan. Akan tetapi, dalam pemberian obat-obat pada wanita hamil selau harus dipikirkan pengaruh samping obat-obat itu. Khususnya obat-obat yang mempunyai pengaruh hemotoksik, seperti streptomycin, oxytetracylin,chlortetracycline, sulfonamide, chlorpromazine, atebrin, dan obat pengecat rambut sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil, jikalau tidak perlu betul.
D.    Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatanya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi berat. Sebaiknya mugkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.
Gejala-gejala yang lazim dijumpai ialah gejala-gejala proses hemolitik, seperti anemia, hemoglobinemia, hemoglobinuria, hyperbilirubinemia, hyperurobilinuria, dan stercobilin lebih banyak dalam feces. Disamping itu terdapt pula berbagai tanda regenerasi darah seperti reticulocytosis dan normoblastemia, serta hyperplasia erythropoesis dalam sumsum tulang. Pada hemolisis yang berlangsung lama dijumpai pembesran limpa, dan anemia hemolitik yang herediter kadang-kadang disertai kelainan roentgenologis pada tengkorang dan tulang-ulang lain.
Pengobatan anemia dalam kehamilan tergantung pada jenis dan beratnya. Obat-obat penambah darah tidak member hasil. Transfusi darah, yang kadang-kadang diulang beberapa kali, diperlukan pada anemia berat untuk meringankan penderitaan ibu dan untuk mengurangi bahaya hypoxia janin. Splenektomi dianjurkan pada anemia hemolitik bawaan  dalam trimester II atau III. Pada anemia hemolitik yang diperoleh harus dicari penyebabnya. Sebab-sebab itu harus disingkirkan, misalnya pemberian obat-obat yang dapat kelumpuhan sumsum tulang harus segera dihentikan.
E.     Anemia-anemia lain
Sorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, thuberculosis, syphilis, tumor ganas, dan sebagainya, dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, serta bagia anak dalam kandungannya. Pengobatan ditunjukan kepada sebab pokok anemianya, misalnya antibiotika untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti syphilis, obat cacing, dan lain-lain. Prognosis pada ibu dan anak tergantung pada berat dan sebab anemianya, serta berhasil tidaknya pengobatan.
Ada pun yang menyebabkan anemia yaitu :
Ø   Kekurangan zat besi, vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan jenis anemia yang   di sebut anemia megaloblastik dengan sel darah merah yang besar dengan warna muda.
Ø   Kerusakan pada sum sum tulang atau ginjal
Ø   Kehilangan darah akibat pendarahan dalam atau siklus haid yang tidak normal pada          perempuan
Ø   Pemecahan atau penghancuran yang cepat pada sel darah merah sebelum pembuatannya.7
BAB III
METEDOLOGI PERCOBAAN
A.    Alat dan bahan
Alat-alat yang di butuhkan dalam percobaan ini sebagai berikut :
1.      Jarum francle / lanset
Jarum francle / lanset ini di gunakan untuk menusuk jari
2.      Satu set hematometer sahli
Satu set hematometer di gunakan untuk metode sahli
3.      Satu set hematometer talquits
Satu set hematometer talquits yang di gunakan dalam metode talquits
4.      Pipet
Pipet di gunakan untuk mengisap darah yang sudah di tusuk francle/ lanset
5.      Kapas alcohol
Kapas alcohol di gunakan untuk mendesinfeksi
6.      HCL 0,1 N
7.      Aquadest
Aquadest ini di gunakan sebagai pembersih tabung
B.     Cara Kerja
1.      Cara pengambilan darah
Probandus berpasangan untuk mengambil darah secara bergantian pada percobaan yang berhubungan dengan sampel darah. Darah yang di pergunakan di ambil dari darah yang menetes pada ujung jari setelah ditusuk jarum francle/lanset. Untuk menghemat waktu dan banyaknya tusukan maka pengambilan darah di lakukan sekaligus untu kedua metode. Alat yang di pergunakan harus sudah di persiapkan terlebih dahulu ( lanset / jarum, kapas alcohol, mikropipet gondok. Sebelum ditusuk peredaran darah diperlancar dengan mengayun ayunkan tangan dan memijat jari yang akan di tusuk. Untuk membatasi penjalaran infeksi yang mungkin timbul maka penusukan dilakukan pada jari II hingga IV. Setelah di tusuk darah harus dapat keluar dengan spontan dan jari tidak boleh di pijat- pijat lagi karena nanti akan ikut keluar cairan jaringan sehingga akan mengencarkan darah.
2.      Metode sahli
Alat dan bahan yang digunakan :
1)   Tabung sahli
2)   Sikat pembersih tabung
3)   Jarum francle /lanset
4)   Tabung pembanding
5)   Mikro pipet gondok/pipet penetes
6)   Pipet pengaduk
7)   Kapas alcohol
8)   Aquades
9)   Larutan HCL 0,1 N
a.    Tabung diisi dahulu dengan 0,1 N HCL sampai tanda atau angka 2 ( ½ - 1 cc )
kemudian darah di isap dengan pipet samapai tanda 20 dan sebelum menjendal segera di hembuskan ke dalam tabung. Untuk membersihkan sisa-sisa darah di dalam pipet maka HCL di dalam tabung di isap dan di hembuskan lagi sampai 3x.
b.   Di tunggu dahulu 1-2 menit, berturut-turut akan terjadi hemolisis eritrosit, dan HB yang keluar akan di pecah menjadi heme dan globin. Kemudian heme dengan HCL akan membentuk hematin-HCL. Hematin-HCL merupakan suatu senyawa yang lebih stabil di udara dari pada HB dan berwarna coklat.
c.    Dengan pipet penetes hematin-HCL di encerkan sampai warna sesuai dengan warna standar. Metode ini banyak di pakai di klinik dan rumah sakit.



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Nama                             : Uji Astika
Umur                    : 20 tahun
Jenis kelamin        : perempuan
Tinggi badan        : 158 cm
Berat badan                   : 44 kg
Kadar Hb             : 9 (anemia ringan)

Nama                             : Sri Rahayu
Umur                    : 18 tahun
Jenis kelamin        : perempuan
Tinggi badan        : 160 cm
Berat badan                   : 44 kg
Kadar Hb             : 10 (anemia ringan)
B.     Pembahasan
Pemeriksaan kadar hemoglobin dari kedua naracoba yang di ambil darahnya, di dapatkan hasil pengambilan darah dari uji astika dengan kadar Hb adalah 9-10 gram yaitu 9 gram yang merupakan nilai normal hemoglobin pada wanita remaja, pada percobaan ini di dapatkan kadra hemoglobin yang normal, sedangkan pada naracoba yang ke dua pada saudari sri rahayu di peroleh Hb 10 gram yang berarti kadar hemoglobin di dalam darahnya masih normal.
Nilai Hb yang rendah dapat menyebabkan penyakit anemia, yaitu suatu keadaan di mana laju matinya sel darah merah ( setelah 120 hari ) melebihi laju pembentukan sel darah merah sehingga konsentrasi sel darahmerah menurun.
Hb yang rendah dapat mengakibatkan kondisi fisik seseorang menurun akibat oksigen tidak di angkut secara maksimal oleh hemoglobin sehingga metabolisme di dalam tubuh terganggu. Anemia adalah situasi di mana seseorang mengalami kondisi yang lemah dan kurang stabil di bandingkan dengan orang yang tingkat Hb nya normal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin ( Hb )
Kadar Hb normal bervariasi tergantung :
1.      Umur
Semakin tua umur seseorang, maka semakin berkurang kadar Hb-nya.
2.      Jenis kelamin
3.      Pada umumnya, pria memiliki kadar Hb yang lebih tinggi di bandingkan kadar Hb pada wanita. Hal ini juga bersangkut paut terhadap kandungan hormone pada pria maupun wanita. Kadar Hb wanita lebih rendah karena aktifitasnya yang lebih sedikit di bandingkan aktifitas pria, selain itu wanita mengalami menstruasi.
4.      Geografi ( tinggi rendahnya daerah ), tempat tinggal di daratan tinggi, mahluk hidup di sana tubuhnya cenderung lebih aktif dalam memproduksi sel darah merah untuk meningkatkan suhu tubuh dan lebih aktif mengikat kadar O2 yang lebih rendah dari pada di daratan rendah . Hb mahluk hidup yang tinggal di pesisir cenderung mempunyai Hb yang lebih rendah sebab tubuh memproduksi sel darah merah dalam keadaan normal.
5.      Nutrisi
6.      Bila makanan yang di komsumsi banyak mengandung Fe atau besi, maka sel darah merah yang di produksi akan meningkat sehingga hemoglobin yang terdapat dalam darah pun meningkat dan begitu pun sebaliknya.
7.      Faktor kesehatan
8.      Kesehatan juga sangat mempengaruhi kadar Hb dalam darah, jika kesehatan terjaga dengan baik, maka kadar Hb dalam keadaan normal.
9.      Faktor genetik
BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
.           Hemoglobin merupakan pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah, suatu protein yang mempunyai berat molekul yang berbentuk bulat dan terdiri dari 4 subunit. Adapun nilai normal kadar hemoglobin atau anemia ringan pada wanita remaja. Di mana hemoglobin yang terendah dapat menyebabkan  anemia, yaitu suatu keadaan di mana laju matinya sel darah merah (setelah 120 hari) melebihi laju matinya sel darah merah sehingga konsentrasi sel darah merah menurun.
            Hemoglobin yang rendah dapat mengakibatkan kondisi fisik seseorang menurut akibat  oksigen tidak di angkut secara maksimal oleh hemoglobin sehingga metabolisme di dalam tubuh terganggu.
            Factor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu :
a)      Umur
b)      Jenis kelamin
c)      Geografi
d)     Nutrisi
e)      Faktor kesehatan
f)       Faktor genetik

Adapun fungsi dari hemoglobin bagi tubuh adalah sebagai berikut :

1.      Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.
2.      Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian di bawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk di pakai sebagai bahan bakar.
3.       Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-par untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah
atau tidak , dapat di ketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin  dari normal berarti kekurangan darah yang di sebut dengan anemia.



B.   Saran
Alat praktikum : Sebaiknya alat praktikum memadai sehingga semua mahasiswi dapat melakukan percobaan secara individu, alat juga di jaga kebersihannya.
Asisten dosen    : Agar asisten dosen dalam mengambil keputusan lebih bijaksana.