BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hemoglobin merupakan pigmen merah yang membawa
oksigen dalam sel darah merah, suatu protein yang mempunyai berat molekul yang
berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit, setiap subunit mengandung satu
bagian heme yang berkunjugasi dengan satu polipeptida. Heme adalah suatu
derivate porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif di
sebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Hemoglobin darah dapat
mengangkut sekitar sekitar 60 kali oksigen lebih banyak apabila di bandingkan
dengan air pada saat dalam kondisi dan jumlah yang sama. Hemoglobin dapat
bergabung dengan oksigen udara yang terdapat dalam paru-paru karena mempunyai
daya afinitas yang tinggi, sehingga terbentuklah oksihemoglobin yang kemudian
oksigen tersebut I lepaskan ke sel-sel jaringan tubuh. Kadar hemoglobin di ukur
dalam gram per 100 ml darah atau dalam gram persen.
Terdapat bermacam-macam cara di dalam menetapkan kadar
hemoglobin darah yang sering di gunakan dalam pemeriksaan di laboratorium,
seperti metode sahli dan pada metode talquits, namun yang paling sering di
gunakan adalah metode sahli dan yang lebih canggih lagi metode
cyanmethemoglobin. Metode sahli hemoglobin dihidrolisis dengan HCL menjadi
globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara di oksidasi
ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion membentuk ferrimechlorid yang
juga di sebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Pada metode yang lebih
canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin di oksidasi
oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan
ionsanida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah.
B.
Tujuan
Praktikum
1. Tujuan
umum
Setelah percobaan
mahasiswa di harapkan mampu mengukur kadar hemoglobin dalam darah.
2. Tujuan
khusus
v Melatih
mahasiswa untuk dapat melakukan prosedur kerja dengan mandiri
v Mahasiswa
dapat mengetahui apa itu Hemoglobin ( hb )
v Mahasiswa
mampu melaksanakan pengambilan darah
v Mahasiwa
dapat mengetahui berapa kadar normal dalam hemoglobin
C.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu hemoglobin ?
2. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi kadar hemoglobin ?
3. Bagaimana
fungsi hemoglobin itu ?
D.
Manfaat
Praktikum
1. Kita
dapat mengetahui pengertian hemoglobin itu
2. Kita
dapat memahami secara jelas faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
3. Kita
dapat mengetahui fungsi hemoglobin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah
Darah
adalah bagian cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah
cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsure-unsur padat, yaitu
sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupkan satu perdua belas
berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan,
sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah.
Susunan Darah.
Serum darah atau plasma terdiri atas :
Air : 91,0 persen
Protein :
8,0 persen (Albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen).
Mineral :
0,9 persen (Natrium khlorida, natrium bikarbonat, fosfor, dan magnesium)
Sisanya
diisi oleh sejum;lah bahan organik, yaitu : glokose, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, cholesterol, dan asam amino.
Plasma
juga berisi :
1) Gas
oksigen dan karbon dioksida
2) Hormone-hormon
3) Enzim,
dan
4) Antigen
Fungsi Darah
1) Bekerja
sebagai sistem transport dari tubuh, menghantar semua bahan kimia, oksigen dan
zat makanan yangdiperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan
dan menyingkirakan karbon dioksida dan hasil buangan lain.
2) Sel
darah merah menghanterkan oksigen ke jaringan dan menyinkirkan sebagian dari
karbon dioksida.
3) Sel
darah putih menyediakan banyak pelindung dank arena gerakan fagotosis dari
beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.
4) Plasma
membagi protein yang diperlukan untuk pembetukan jaringan, menyegarkan cairan
jarigan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Dan
merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik
untuk dibuang.
5) Hormone
dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
Hemoglobin
Hemoglobin
merupakan suatu protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam
sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru
ke jaringan-jaringan.
Jumlah
hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah, dan
jumlah ini biasanya disebut “100 persen”.
Dalam
berbagai bentuk anemia jumlah hemoglobin dalam darah berkurang. Dalam beberapa
bentuk anemia parah, kadar itu bisa di bawah 30 persen atau 5gr setiap 100 ml.
karena hemoglobin mengandung besi yang diperlukan untuk bergabung dengan
oksigen, maka dapat dimengerti bahwa pasien semacam itu memperlihatkan gejala
kekurangan oksigen seperti napas pendek. Ini sering merupakan salah satu gejala
pertama anemia kekurangan zat besi.1
Hemoglobin
Hemoglobin
merupakan pigmen merah yang membawa oksigen ke dalam sel darah merah, suatu protein
yang mempunyi berat molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari empat sub
unit. Setiap sub unit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan
suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivate porfin yang mengandung besi.
Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul
hemoglobin.
Sel Darah Merah
Sel
darah merah (eritrosit) membawa hemoglobin ke dalam sirkulasi. Sel ini berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di
sumsum tulang. Pada manusia sel ini berada di dalam sirkulasi selam lebih
kurang 120 hari. Setiap sel darah merah manusia memiliki diameter sekitar 7,5
milimeter dan tebal 2 milimeter, setiap sel mengndung tepat 29pg hemoglobin.
Sel darah merah seperti sel lain, mengerut di larutan yang mempunyai tekanan osmotic
lebih besar dari pada tekanan osmotic plasma normal. Dalam larutan yang
memiliki tekanan osmotic lebih rendah sel darh merah membengkak menjadi
berbentuk bulat dan tidak berbentuk cakram lagi, kemudian sel ini akan
kehilangan hemoglobin (hemolisis). Hemoglobin dari sel darah yang mengalami
hemolisis larut di dalam plasma sehingga membuatanya berwarna merah. Sel darah
merah mengalami lisis karena obat dan infeksi. Kerentanan sel darah merah
terhadap hemolisis oleh agen-agen ini meningkat ada defisiensi enzin glokosa 6
fosfat dehidroganase (G6PD), yang menganalisis langkah awal dalam oksidasi
glokosa melalui jalan heksosa monofosfat, jalur ini menghasilkan NADPH, yang
agaknya diperlukan untuk pemeliharaan frgilitas sel darah merah normal.2
Sel – sel Darah
Terdapat sekita 45% sel-sel darah di
dalam darah. Sel-sel darah tersusun atas sel
darah merah (eritosit), sel darah
putih (leukosit), dan keeping darah
(trombosit).
1.
Sel
darah merah
Sel
darah merah (eritrosit) berfungsi mengangkut atau mengedarkan oksigan dan
karbon dioksida. Kemampuan mengikat oksigan dan karbon dioksida oleh sel darah
merah adalah Karen adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah sutau protein yang
memiliki daya ikat kuat terhadap O2 dan
CO2.
Hemoglobin
memiliki dua komponen penyusun, yaitu heme dan globin. Heme adalah suatu pigmen
yang mengandung zat besi (Fe). Heme inilah yang menyebabkan darah berwarna
merah. Adapun globin adalah sejenis protein yang tersusun atas dua pasan rantai
(alfa dan beta). Rantai tersebut berkaitan dengan heme yang mengandung zat
besi. Hemoglobin yang berkaitan dengan oksigen disebut oksihemoglobin,
sedangkan hemoglobin yang berkaitan dengan karbon dioksida disebut karbomino
hemoglobin.
Eritrosit
memiliki bentuk bulat pipih dengan cekungan di kedua permukaanya (bikonkaf). Eritrosit memiliki diameter 7-8
milimeter. Jumlah eritrosit dalam setiap millimeter kubik darah adalah 5-6 juta
eritrosit. Hal ini berarti, pada tubuh manusia, terdapat sekitar 30 miliar
ertrosit. Jumlah eritrosit di dalam tubuh manusia berfariasi, sesuai dengan
jenis kelamin, usia, dan ketinggian tempat orang tersebut tinggal.
Eritrosit
diproduksi pada bagian sumsum tulang. Pembetukan eritrosit disebut
eritropoesis. Di dalam peredaran darah, eritrosit dapat hidup sekitar empat
bulan (120 hari). Eritrosit yang sudah tua atau rusak akan diuraikan di dalam
hati. Hemoglobinnya dipecah menjadi zat besi, bilirubin, dan globin. Zat besi
dan globin dapat digunakan kembali oleh tubuh, sedangkan bilirubin dikeluarkan
menjadi cairan empedu.
2.
Sel
darah putih
Sel
darah putih (leukosit) berfungsi dalam pertahanan dan kekebalan tubuh. Leukosit
akan mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Fungsi tersebut di dukung
oleh kemampuan leukosit untuk bergerak amoeboit (seperti Amoeba) dan sifat
fagotosis (memnagsa atau memakan).
Berdasarkan
atau tidaknya granula di dalam sitoplasmanya, leukosit dibagi menjadi leukosit
tidak bergranula (agaranulosit) dan leukosit bergranula (granulosit).
1) Agranulosit
Agranulosit
merupakan leukosit yang tidak memilki granula pada sitoplasmanya. Terdapat dua
jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit.
Limfosit adalah leukosit yang tidak dapat bergerak memiliki satu inti
sel. Limfosit berfungsi dalam membentuk antibody. Limfosit berukuran antara
8-14 milimeter. Monosit berukuran lebih besar daripada limfosit, yaitu 14-19
milimeter. Monosit memiliki inti berbentuk menyerupai ginjal.
2) Granullosit
Granulosit
merupakan leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya. Berdasarkan
sifat-sifat granul yang dimilikinya, granulosit dibedakan menjadi tiga, yaitu
neurofil, basofil, dan eosinofil. Neurofil memiliki granul-granul yang dapat
menyerap zat warna netral. Basofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap
warna bersifat basa.
3) Keping
Darah
Keping
darah disebut juga dengan trombosit. Trombosit berbentu bulat, lonjong, bahkan
berbentuk tidak beraturan. Trombosit tidak memiliki inti dan berukuran lebih
kecil dibandingkan eritrosit.
Jumlah
trombosit sekitar 250.000-400.000 dalam setiap millimeter kubik darah.
Trombosit dapat hidup selama delapan hari. Trombosit berfung dalam proses
penggupalan darah.
Mekanisme Penggupalan Darah
Apabila
pembuluh darah rusak atau terpotong karena luka, darah akan mengalir keluar dari
pembuluh darah. Akan tetapi, darah tersebut akan berhenti mengalir keluar
karena terjadi proses penggupalan darah.
Didalam
plasma darah terdapat trombosit yang akan pecah apabila menyentuh permukaan
yang kasar. Jika trombosit pecah, enzim tromboplastin yang dikandungnya akan
keluar bercampur dengan plasma darah. Selain trombosit, di plasma darah
terdapat protombin. Protombin akan diubah menjadi thrombin oleh enzim
tromboplastin. Perubahan protombin menjadi thrombin dipicu oleh ion kalsium
(CA2+). Protombin adalah suatu protein plasma yang pembetukannya memerlukan
vitamin K.
Thrombin
kakan berfungsi sebagai enzim yang dapat mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Fibrinogen adalah suatu protein yang terdapat dalam plasma. Adapun fibrin
adalah protein berupa benang-benang yang tidak larut dalam plasma. Benang-benag
fibrin yang terbentuk akan saling bertautan sehingga sel-sel darah merah
beserta plasma akan terjaring dan membentuk gumpalan. Jaringan baru akan terbentuk menggantikan
gumpalan tersebut dan luka akan menutup.
Golongan dan Transfusi Darah
Berdasarkan
komposisi aglutinogen, golongan darah manusia dibedakan menjadi golongan darah
A, B, AB, dan O. penggolongan darah ABO ditemukan oleh seorang ahli imunologi
Austria, Karl Landsteiner (1868-1943). Penggolongan darah ini berdasarkan atas
terdapatnya dua jenis aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.
Aglutinogen
dan aglutinin adalah kandungan protein di dalam darah. Aglutinogen merupakan
protein berupa antigen, sedangkan aglutinin merupakan protein berupa antibodi.
Aglutinogen terdapat pada eritrosit, sedangkam agglutinin terdapat pada plasma
darah. Selain sistem ABO terdapat penggolongan darah lainnya, yaitu sistem
rhesus (rh). Sistem ini didasarkan atas ada atau tidaknya aglutinogen rhesus di
dalam darah. Landsteiner menemukan sistem rh ini pada percobabannya terhadap
kera Macaca rhesus. Pada sistem rh, apabila darah seseorang mengandung
aglutinogen rhesus maka orang tersebut termasuk rhesus positif (rh+). Adapun
jika tidak mengandung aglutinogen rhesus maka orang tersebut termasuk rhesus
negative (rh-).
Penggolongan
darah ABO berperan dalam transfuse darah. Transfuse darah adalah proses
pemindahan darah dari tubuh seseorang ke dalam tubuh orang lain. Orang yang
menerima darah disebut penerima atau resipien. Adapun orang yang memberikan
darahnya disebut pemberi atau donor.
Hal
yang harus diperhatikan dalam transfuse darah adalah jenis aglutinogen donor
dan agglutinin resipien. Agglutinin memiliki kemampuan untuk mengumulkan
eritrosit. Jadi, apabila aglutinogen donor bercampur dengan agglutinin
resipien, darah resipien akan menggumpal. Darah donor yang bercampur dalam
tubuh resipien akan dianggap sebagai antigan oleh tubuh.
Table
Transfusi Darah
Resipien
Donor
|
A
|
B
|
A
|
+
|
-
|
B
|
-
|
+
|
O
|
+
|
+
|
AB
|
-
|
-
|
Keterangan :
-
= Menggumpal
+ = Tidak menggumpal
Seseorang
dengan golongan darah O disebut donor universal karena dapat di transfusikan
kepada semua golongan darah (sistem ABO). Adapun golongan AB disebut sengan
resipien universal karena dapat menerima semua golongan darah (sistem ABO).
Akan tetapi, pada praktinya, hal tersebut jarang dilakukan karena kemungkinan
adanya ketidakcocokan darah diluar sistem ABO.
Gangguan dan Penyakit yang
Berkaitan dengan Darah
1.
Anemia
Anemia
merupakan penyakit berupa kurangnya kadar hemoglobin, Fe, dan eritrosit dalam
tubuh. Dalam keadaan normal kadar Hb dalam darah yaitu 12-16 gram%. Adapun
jumlah eritrosit normal yaitu 5,3 juta/mm3 darah. Seorang yang menderita anemia
memiliki gejala muka pucat, lesu, sakit kepala, dan gangguan menstruasi.
2.
Leukemia
Pada
leukemia, produksi sel darah putih melebihi batas norma. Hal ini disebabkan
oleh pertumbuhan abnormal pada jaringan yang memproduksi sel-sel darah.
Leukemia dapat disebabkan oleh inveksi virus, terkena sinar radio aktif,
terkena zat-zat kimia, serta faktor keturunan (genetik). Penderita leukemia
memiliki cirri-ciri pucat, lesu, demam, dan pendarahan.
3.
Thalasemia
Thalasemia
adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh gangguan produksi hemoglobin dan
eritrosit. Thalasemia merupakan penyakit genetik atau keturunan. Gejala
penyakit thalasemia sangat berfariasi, diantaranya anemia, pembesaran limfa,
bentuk tulang abnormal, dan gangguan pertumbuhan.
4.
Sickle
Cell Anemia
Sickle
cell anemia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan bentuk sel darah merah
menyerupai bulan sabit. Sel darah merah yang berbentuk bulan sabit tersebut
mudah untuk saling tindih pada pembuluh darah. Akibatnya, sel darah tersebut
menyumbat pembuluh darah dan terjadi hemolisis (pecah). Selain itu, bentuk
bulan sabit berakibat kurannya daya ikat terhadap oksigen.3
Kependekan hb ( hemoglobin ) merupakan
molekul protein di dalam sel darah merah yang bergabung dengan oksigen dan
karbondioksida untuk di angkut melalui
system peredaran darah ke tisu-tisu dalam badan. Ion besi dalam bentuk
fe+2 dalam hemoglobin yang memberikan warna merah pada darah . Dalam keadaan
normal 100 arah mengandungi 15 gram
hemoglobin yang mampu mengangkut 0.03 gram oksigen. Terdapat beberapa cara bagi
mengukur kandungan hemoglobin dalam darah. Kebanyakannya dilakukan secara
automatic oleh mesin yang di reka khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap
darah. Di dalam mesin ini, sel darah merah di ceraikan untuk mengasingkan
hemoglobin dalam bentuk larutan. Hemoglobin yang terbebas in di campur dengan
bahan kimia yang mengandungi cyanide yang mengikat kuat dengan molekul
hemoglobin untuk membentuk cyanmet hemoglobin. Dengan menyinari cahaya melalui
larutan cyanmethemoglobin dan mengukur jumlah cahaya yang di serap ( khususnya
bagi gelombang antara 540 nanometer ) jumlah hemoglobin yang dapat di tentukan.
Kadar Hemoglobin
biasanya ditentukan sebagai jumlah hemoglobin dalam gram (gm) bagi
setiap dekaliter (100 mililiter). Kadar hemoglobin normal bergantung kepada
usia, awalremaja, dan jantina seseorang itu.Kadar normal adalah :
1. Baru lahir : 17-22 gm/dl2.
2. Usia seminggu : 15-20 gm/dl3.
3. Usia sebulan : 11-15gm/dl.
4. Kanak-kanak : 11-13 gm/dl.
5. Lelaki dewasa : 14-18 gm/dl6.
6. Wanita dewasa :
12-16 gm/dl7.
7. Lelaki separuh usia : 12.4-14.9
gm/dl8.
8. Wanita separuh usia : 11.7-13.8
gm/dl9.
Kadar hemoglobin yang rendah merupakan
satu keadaan yang di kenali dengan sebagai anemik. Terdapat beberapa sebab
berlakunya anemia. Sebab utama biasanya kehilangan darah( kecederaan teruk,
pembedahan, pendarahan, kanser kolon), kekurangan vitamin ( besi, vitamin B 12,
folate ), masalah sum-sum tulang ( penggantian sum-sum tulang oleh darah,
pemedaman oleh rawatan dada chemotherapy, kegagalan buah pinggang ( ginjal ), dan
hemoglobin tidak normal ( anemia sabit). Kadar hemoglobin yang tinggi pula
terdapat di kalangan mereka yang tinggal di kawasan tanah tinggi dan perokok.
Pendehidratan menghasilkan kadar hemoglobin tinggi.
Kompleks
protein pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan
terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus
haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin, suatu senyawa protein
dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan
rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah
karena Fe ini. Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy
hemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah
vena mengandung karbondioksida.
Fungsi hemoglobin
Fungsi utama ialah mengikat dan membawa
O2 paru-paru untuk di edarkan dan di bagikan ke seluruh sel di berbagai
jaringan tubuh. Hemoglobin merupakan bahan yang penting sekali dalam eritrosit,
karena fungsinya sebagai :
1. Pembawa oksigen dalam
paru-paru ke jaringan
2. Sebagai dasar asam-basa
yang baik di dalam sel
3. Sebagai buffer oksigen
di jaringan
Gejala
kekurangan hemoglobin
1. Sering
pusing. Hal ini disebabkam otak sering mengalami periode kekurangan pasokan
oksigen yang di bawa Hb terutama saat tubuh memerlukan tenaga yang banyak
2. Mata
berkunang kunang. Kurangnya oksigen otak akan mengganggu pengaturan saraf2
pusat mata.
3. Pingsan.
Kekurangan oksigen dalam otak yang bersifat ekstrim/mendadak dalam jumlah besar
akan menyebabkan pingsan.
4.
Nafas cepat. Jika Hb kurang, untuk
memenuhi kebutuhan oksigen maka kompensasinya menaikkan frekwensi nafas. Orang
awam menggambarkan ini dengan sesak nafas.
5.
Jantung berdebar. Untuk menculupi
kebutuhan oksigen maka jantung harus memompa lebih sering agar darah yang
mengalir di paru2 lebih cepat mengikat oksigen
6.
Pucat. Hb adalah zat yang zat yang
mewarnai darah menjadi merah maka kekurangan yang ekstrim akan menyebabkan
pucat pada tubuh. Untuk mengetahui secara pasti tentunya harus dengan pemeriksaan
kadar Hb secara laboratorik.4
Anemia Sel Sabit (sickle cell anemia)
Anemia
sel sabit merupakan penyakit keturunan yang disebabkan oleh mutasi gen. mutasi
pada penyakit ini terjadi pada pasangan kromosom ke-11 yang mengandung gen
pembentuk hemoglobin. Mutasi terjadi pada satu nukleotida ADN yang menybabkan
perubahan pembentukan asam amin, yaitu asam glutamate menjadi valin. Hal
tersebut mengkibatkan hemoglobin yang terbentuk cacat.
Mutasi tersebut menyebabkan sel darah
merah (eritrosit) menjadi kaku dan biasanya bentuk sel seperti bulan sabit saat
pelepasan oksigen. Selain itu, sel eritrosit cacat itu berumur hanya 10 sampai
20 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa umur sel eritrosit cacat itu sangat
pendek karena sel yang normal berumur 120 hari.
Orang yang menderita penyakit ini akan
memiliki gejala antara lain anemia dan tersumbatnya pembuluh darah. Anemia
terjadi karena berkurangnya sel eritrosit penderita akibat jumlah sel yang
diproduksi lebih sedikit dari sel yang mati karena pendeknya umur sel eritrosit
cacat tersebut. Gejala lain penyakit anemia sel sabit adalah sel sabit itu
menyumbat pembuluh darah karena bentuk tersebut menyebabkan penumpukkan sel.
Ketika terjadi penyumbatan pembuluh darah maka akibat lanjutannya akan
menyebabkan nyeri pada seluruh tubuh yang mengalami penyumbatan pembuluh darah.
Rasa nyeri umumnya terjadi pada bagian dada, lengan dan kaki. Akibat yang fatal
adalh tersumbatnya pembuluh darah di paru-paru yang akan menggangu proses
pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh, bahkan dapat mengakibatkan strok akibat
sel saraf di otak kekurangan oksigen.
Anemia sel sabit sebagai akibat mutasi
memang memberikan efek yang fatal bagi penderita bahkan pada penderita usia
dini dapat menyebabkan kematian. Efek mutasi tersebut ternyata juga
menghasilkan suatu hal yang menarik.5
Hemoglobin
dapat bergabung dengan oksigen udara yang terdapat dalam paru-paru karena
mempunyai daya afinitas yang tinggi, sehingga terbentuklah oksihemoglobin yang
kemudian oksigen tersebut dilepaskan ke sel-sel jaringan tubuh. Kadar
hemoglobin diukur dalam gram per 100 ml darah atau dalam gram persen.
Hemoglobin
berfungsi sebagai pengangkut gas baik oksigen (O2) maupun karbondioksida (CO2).
Selanjutnya melepaskan oksigen tersebut ke sel-sel jaringan yang terdapat
didalam tubuh. Proses ini disebut oksigenasi, yang membutuhkan besi dalam bentuk
ferro dalam molekul hemoglobin. Zat gizi tersebut menuju sumsum tulang sehingga
menjadi bagian dari molekul heme guna membentuk eritrosit.
Kadar
hemoglobin pada umumnya diukur dalam gram per 100 ml darah. Karena adanya
hemoglobin, darah dapat mengangkut sekitar 60 kali oksigen lebih banyak apabila
dibandingkan dengan air dalam jumlah dan kondisi yang sama. Suatu pengatur
derajat hemoglobin yang penting adalah 2,3-difosfogliserat (DPG). Konsentrasi
DPG yang tinggi di dalam sel menyebabkan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
yang lebih rendah. Jika pengiriman oksigen ke jaringan sangat terbatas seperti
pada orang yang mengalami defisiensi sel darah merah atau orang yang hidup di
dataran tinggi, konsentrasi DPG di dalam sel menjadi lebih tinggi daripada individu
normal yang hidup normal di daerah permukaan laut. Hal ini menyebabkan
hemoglobin membebaskan oksigen yang diikatnya segera ke dalam jaringan untuk
mengimbangi penurunan oksigenasi hemoglobin di dalam paru-paru.6
Anemia
Dalam Kehamilan
Seseorang,
baik pria maupun wanita, dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin
dalam darahnya kurang dari 12 gr/100 ml. Anemia lebih sering dijumpai dalam
kehamilan. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat
makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sum-sum
tulang.
Darah
bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hydremia atau
hypervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kuarang dibandingkan
dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan
tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin
19%.
Pengenceran
darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan
bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantug
yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat
hydremia cardiac output meningkat. Kerja
jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer
berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu
persalinan, banyaknya unsure besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan
apabila darah itu tetap kental.
1.
Frekuensi Anemia Dalam Kehamilan
Di
seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara
10% sampai 20%. Hal itu disebabkan karena pengenceran darah menjadi makin nyata
denagan lanjutnaya umur kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan
meningkat pula.
2.
Pengaruh Anemia dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan member pengaruh
kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalianan maupu dalam nifas dan
masa selanjutnya. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia, seperti :
1) Abortus
2) Pertus premature
3) Pertus lam karena inertia uteri
4) Perdarahan poospertum karena atonia
uteri
5) Shock
6) Infeksi, baik intrapartum maupun
postpartum
7) Anemia yang sangat berat dengan Hb
kurang dari 4gr/100 ini dapat menyebabkan decompensatio
cordis
Hypoxia akibat anemia dapat
menyebabkan shock dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi
perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi anemia dalam kehamilan member pengaruh
kurang baik, seperti :
1) Kematian mudigah
2) Kematian perinatal
3) Prematuritas
4) Dapat terjadi cacat bawaan
5) Cadangan besi kurang
Jadi anemia dalam kehamilan
merupakan sebab potensi morbiditas serta mortalitas ibu dan anak.
Pembagian Anemia Dalam Kehamilan
Berbagai macam pembagian anemia
dalam kehamilan telah dikemukakan oleh para penulis. Anemia dalam kehamilan
dapat dibagi sebagai berikut :
1) Anemia defisiensi besi 62,3%
2) Anemia megaloblastik 29,0%
3) Anemia hipoplastik 8,0%
4) Anemia hemolitik 0,7%
A.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling
sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat
disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan
penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya
pada perdarahan.
Keperluan
akan besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila
masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan maka mudah terjadi anemia
defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. Lagi pula di daerah
khatulistiwa besi lebih banyak keluar
melalui air peluh dan melaui kulit. Masuknya besi setiap hari yang dianjurkan tidak
sama untuk berbagai negeri. Untuk wanita tidak hamil, wanita hamil, dan wanita
menyusui dianjurkan di
Amerika
Serikat masing-masing 12 mg, 15 mg, dan 15 mg, di Indonesia masing-masing 12
mg, 17 mg, 17 mg.
Diagnosis
Diagnosis
anemia defisiensi besi yang bert tidak sulit karena ditandai cirri-ciri yang
khas bagi defisiensi besi, yakni microcytosis dan hypochromasia. Anemia yang
ringan tidak selalu menunjukkan cirri-ciri khas itu, bahkan banyak yang
bersifat normositer dan normochrom. Hal itu disebabkan karena defisiensi besi
dapat berdampingan dengan defisiensi asam besi.
Sifat
lain yang khas bagi defisiensi basi ialah :
1) Kadar
besi serum rendah
2) Daya
ikat besi serum tinggi
3) Protoporphyrin
eritrosit tinggi
4) Tidak
ditemukan hemosiderin
Terapi
Apabila
pada pemeriksaan kehamilan hanya Hb yang diperiksa dan Hb itu kurang dari
10gr/100ml, maka wanita dapat dianggap sebagai menderita defisiensi besi, baik
yang murni maupun yang dimorfis, karaena tersering anemia dalam kehamilan ialah
anemia defisensi besi.
Pengobatan
dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya diberikan garam besi
sebanyak 600-1000 mgsehari, seperti sulfas-ferrosus atau gloconas ferrosus. Hb
dapat dinaikkan sampai 10gr/100ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai
janin lahir. Peranan vitamin C dalam pengobatan dengan bisi masih diragukan
oleh beberapa penyelidik. Mungkin vitamin C mempunyai khasiat untuk mengubah
ion ferri menjadi ion ferro yang lebih mudah diserap oleh seraput usus.
Transfusi
darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan walupun
Hb-nya kurang 6gr/100ml apabila tidak terjadi perdarahan. Darah secukupnya
harus tersedia selama persalinan, yang segera harus diberikan apabila terjadi
perdarahan yang lebih dari biasa, walaupun tidak lebih dari 1000 ml.
Pencegahan
Di daerah-daerah dengan frekuensi anemia
kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau
gluconas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk
makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral
serta vitamin.
B.
Anemia
Megaloblastik
Anemia
megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik
(pteroylglutamic acid), jarang sekali karena defisiensi vitamin B12
(cyanocobalamin). Berbeda dai di Eropa atau di Amerika Serikat frekuensi anemia
megaloblastik dalam kehamilan cukup tinggi di Asia, seperti India, Malaysia,
dan di Indonesia. Hal tersebut erat hubungannya dengan defisiensi makanan.
Diagnosis
Diagnosis
anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megaloblast atau pro megaloblast
dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas sebagai anemia makrosister dan
hyperchrom tidak selalu dijumpai, kecuali bila anemianya sudah berat. Diagnosis
pasti harus dapat dibuat dengan percobaan penyerapan (absorption test) dan
percobaan pengeluaran (clearance test) asam folik. Pengobatan percobaan dengan
asam folik dapat pula menyokong diagnosis naiknya jumlah retikulosit dan kadar
Hb menujukkan defisiensi asam folik.
Terapi
Dalam
pengobatan anemia megaloblastik sebaiknya bersama-sama dengan asam folik
diberikan pula besi. Tablet asam folik diberikan dalam dosis 15-30 mg sehari.
Jikalau perlu, asam folik diberikan dengan suntikan dalam dosis yang sama.
Apabila
anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 maka penderita
harus diobati dengan vitamin B12 dengan dosis 100-100 mikrogram sehari, baik
per os maupun parental.
Karena
anemia megaloblastik dalam kehamilan pada umumnya berat dan kadang-kadang degil
sifatnya, maka transfusi darah kadang-kadan diperlukan apa-apa bila tidak cukup
waktu karena kehamilan dekat aterm, atau apabila pengobatan dengan berbagai
obat penambah darah tidak berhasil.
Pecegahan
Pada
umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah-daerah
dengan frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia
dengan besi saja tidak berhasil, maka besi harus ditambah dengan asam folik.
C.
Anemia
Hipoplastik
Anemia
pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang mampu membuat sel-sel
darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan.
Etiologi
anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti,
kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar Roentgen, racun, atau obst-obat.
Dalam hal yang terakhir anemianya dianggap hanya sebagai komplikasi kehamilan.
Biasanya
anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita dengan selamat mencapai
masa nifas, akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan-kehamilan berikutnya
biasanya wanita menderita anemia hipoplastik lagi.
Tidak
banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia hemoplastik karena
kehamilan. Akan tetapi, dalam pemberian obat-obat pada wanita hamil selau harus
dipikirkan pengaruh samping obat-obat itu. Khususnya obat-obat yang mempunyai
pengaruh hemotoksik, seperti streptomycin, oxytetracylin,chlortetracycline,
sulfonamide, chlorpromazine, atebrin, dan obat pengecat rambut sebaiknya tidak
diberikan pada wanita hamil, jikalau tidak perlu betul.
D.
Anemia
Hemolitik
Anemia
hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat dari pembuatanya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil,
apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi berat. Sebaiknya mugkin pula
bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak
menderita anemia.
Gejala-gejala
yang lazim dijumpai ialah gejala-gejala proses hemolitik, seperti anemia,
hemoglobinemia, hemoglobinuria, hyperbilirubinemia, hyperurobilinuria, dan
stercobilin lebih banyak dalam feces. Disamping itu terdapt pula berbagai tanda
regenerasi darah seperti reticulocytosis dan normoblastemia, serta hyperplasia
erythropoesis dalam sumsum tulang. Pada hemolisis yang berlangsung lama
dijumpai pembesran limpa, dan anemia hemolitik yang herediter kadang-kadang
disertai kelainan roentgenologis pada tengkorang dan tulang-ulang lain.
Pengobatan
anemia dalam kehamilan tergantung pada jenis dan beratnya. Obat-obat penambah
darah tidak member hasil. Transfusi darah, yang kadang-kadang diulang beberapa
kali, diperlukan pada anemia berat untuk meringankan penderitaan ibu dan untuk
mengurangi bahaya hypoxia janin. Splenektomi dianjurkan pada anemia hemolitik
bawaan dalam trimester II atau III. Pada
anemia hemolitik yang diperoleh harus dicari penyebabnya. Sebab-sebab itu harus
disingkirkan, misalnya pemberian obat-obat yang dapat kelumpuhan sumsum tulang harus
segera dihentikan.
E.
Anemia-anemia
lain
Sorang
wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia hemolitik
herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang,
penyakit ginjal menahun, penyakit hati, thuberculosis, syphilis, tumor ganas,
dan sebagainya, dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih
berat dan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap ibu dalam masa kehamilan,
persalinan, nifas, serta bagia anak dalam kandungannya. Pengobatan ditunjukan
kepada sebab pokok anemianya, misalnya antibiotika untuk infeksi, obat-obat
anti malaria, anti syphilis, obat cacing, dan lain-lain. Prognosis pada ibu dan
anak tergantung pada berat dan sebab anemianya, serta berhasil tidaknya
pengobatan.
Ada pun yang
menyebabkan anemia yaitu :
Ø Kekurangan
zat besi, vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan jenis anemia yang di sebut anemia megaloblastik dengan sel darah
merah yang besar dengan warna muda.
Ø Kerusakan
pada sum sum tulang atau ginjal
Ø Kehilangan
darah akibat pendarahan dalam atau siklus haid yang tidak normal pada perempuan
Ø Pemecahan
atau penghancuran yang cepat pada sel darah merah sebelum pembuatannya.7
BAB III
METEDOLOGI PERCOBAAN
A.
Alat
dan bahan
Alat-alat yang di
butuhkan dalam percobaan ini sebagai berikut :
1. Jarum
francle / lanset
Jarum
francle / lanset ini di gunakan untuk menusuk jari
2. Satu
set hematometer sahli
Satu
set hematometer di gunakan untuk metode sahli
3. Satu
set hematometer talquits
Satu
set hematometer talquits yang di gunakan dalam metode talquits
4. Pipet
Pipet
di gunakan untuk mengisap darah yang sudah di tusuk francle/ lanset
5. Kapas
alcohol
Kapas
alcohol di gunakan untuk mendesinfeksi
6. HCL
0,1 N
7. Aquadest
Aquadest
ini di gunakan sebagai pembersih tabung
B.
Cara
Kerja
1.
Cara
pengambilan darah
Probandus
berpasangan untuk mengambil darah secara bergantian pada percobaan yang
berhubungan dengan sampel darah. Darah yang di pergunakan di ambil dari darah
yang menetes pada ujung jari setelah ditusuk jarum francle/lanset. Untuk
menghemat waktu dan banyaknya tusukan maka pengambilan darah di lakukan
sekaligus untu kedua metode. Alat yang di pergunakan harus sudah di persiapkan
terlebih dahulu ( lanset / jarum, kapas alcohol, mikropipet gondok. Sebelum
ditusuk peredaran darah diperlancar dengan mengayun ayunkan tangan dan memijat
jari yang akan di tusuk. Untuk membatasi penjalaran infeksi yang mungkin timbul
maka penusukan dilakukan pada jari II hingga IV. Setelah di tusuk darah harus
dapat keluar dengan spontan dan jari tidak boleh di pijat- pijat lagi karena
nanti akan ikut keluar cairan jaringan sehingga akan mengencarkan darah.
2.
Metode
sahli
Alat
dan bahan yang digunakan :
1) Tabung
sahli
2) Sikat
pembersih tabung
3) Jarum
francle /lanset
4) Tabung
pembanding
5) Mikro
pipet gondok/pipet penetes
6) Pipet
pengaduk
7) Kapas
alcohol
8) Aquades
9) Larutan
HCL 0,1 N
a. Tabung
diisi dahulu dengan 0,1 N HCL sampai tanda atau angka 2 ( ½ - 1 cc )
kemudian darah di isap dengan pipet samapai tanda 20
dan sebelum menjendal segera di hembuskan ke dalam tabung. Untuk membersihkan
sisa-sisa darah di dalam pipet maka HCL di dalam tabung di isap dan di
hembuskan lagi sampai 3x.
b. Di
tunggu dahulu 1-2 menit, berturut-turut akan terjadi hemolisis eritrosit, dan
HB yang keluar akan di pecah menjadi heme dan globin. Kemudian heme dengan HCL
akan membentuk hematin-HCL. Hematin-HCL merupakan suatu senyawa yang lebih
stabil di udara dari pada HB dan berwarna coklat.
c. Dengan
pipet penetes hematin-HCL di encerkan sampai warna sesuai dengan warna standar.
Metode ini banyak di pakai di klinik dan rumah sakit.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Nama :
Uji Astika
Umur :
20 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 44 kg
Kadar Hb :
9 (anemia ringan)
Nama :
Sri Rahayu
Umur :
18 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 44 kg
Kadar Hb :
10 (anemia ringan)
B.
Pembahasan
Pemeriksaan
kadar hemoglobin dari kedua naracoba yang di ambil darahnya, di dapatkan hasil
pengambilan darah dari uji astika dengan kadar Hb adalah 9-10 gram yaitu 9 gram
yang merupakan nilai normal hemoglobin pada wanita remaja, pada percobaan ini
di dapatkan kadra hemoglobin yang normal, sedangkan pada naracoba yang ke dua
pada saudari sri rahayu di peroleh Hb 10 gram yang berarti kadar hemoglobin di
dalam darahnya masih normal.
Nilai
Hb yang rendah dapat menyebabkan penyakit anemia, yaitu suatu keadaan di mana laju
matinya sel darah merah ( setelah 120 hari ) melebihi laju pembentukan sel
darah merah sehingga konsentrasi sel darahmerah menurun.
Hb
yang rendah dapat mengakibatkan kondisi fisik seseorang menurun akibat oksigen
tidak di angkut secara maksimal oleh hemoglobin sehingga metabolisme di dalam
tubuh terganggu. Anemia adalah situasi di mana seseorang mengalami kondisi yang
lemah dan kurang stabil di bandingkan dengan orang yang tingkat Hb nya normal.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar hemoglobin ( Hb )
Kadar
Hb normal bervariasi tergantung :
1. Umur
Semakin tua umur seseorang, maka semakin berkurang
kadar Hb-nya.
2. Jenis
kelamin
3. Pada
umumnya, pria memiliki kadar Hb yang lebih tinggi di bandingkan kadar Hb pada
wanita. Hal ini juga bersangkut paut terhadap kandungan hormone pada pria
maupun wanita. Kadar Hb wanita lebih rendah karena aktifitasnya yang lebih
sedikit di bandingkan aktifitas pria, selain itu wanita mengalami menstruasi.
4. Geografi
( tinggi rendahnya daerah ), tempat tinggal di daratan tinggi, mahluk hidup di
sana tubuhnya cenderung lebih aktif dalam memproduksi sel darah merah untuk
meningkatkan suhu tubuh dan lebih aktif mengikat kadar O2 yang lebih rendah
dari pada di daratan rendah . Hb mahluk hidup yang tinggal di pesisir cenderung
mempunyai Hb yang lebih rendah sebab tubuh memproduksi sel darah merah dalam
keadaan normal.
5. Nutrisi
6. Bila
makanan yang di komsumsi banyak mengandung Fe atau besi, maka sel darah merah
yang di produksi akan meningkat sehingga hemoglobin yang terdapat dalam darah
pun meningkat dan begitu pun sebaliknya.
7. Faktor
kesehatan
8. Kesehatan
juga sangat mempengaruhi kadar Hb dalam darah, jika kesehatan terjaga dengan
baik, maka kadar Hb dalam keadaan normal.
9. Faktor
genetik
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
. Hemoglobin merupakan pigmen merah
yang membawa oksigen dalam sel darah merah, suatu protein yang mempunyai berat
molekul yang berbentuk bulat dan terdiri dari 4 subunit. Adapun nilai normal
kadar hemoglobin atau anemia ringan pada wanita remaja. Di mana hemoglobin yang
terendah dapat menyebabkan anemia, yaitu
suatu keadaan di mana laju matinya sel darah merah (setelah 120 hari) melebihi
laju matinya sel darah merah sehingga konsentrasi sel darah merah menurun.
Hemoglobin yang rendah dapat
mengakibatkan kondisi fisik seseorang menurut akibat oksigen tidak di angkut secara maksimal oleh
hemoglobin sehingga metabolisme di dalam tubuh terganggu.
Factor-faktor yang mempengaruhi
kadar hemoglobin yaitu :
a) Umur
b) Jenis
kelamin
c) Geografi
d) Nutrisi
e) Faktor
kesehatan
f) Faktor
genetik
Adapun
fungsi dari hemoglobin bagi tubuh adalah sebagai berikut :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam
jaringan-jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian di bawa ke seluruh
jaringan-jaringan tubuh untuk di pakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida
dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-par untuk di
buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah
atau tidak , dapat di ketahui
dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang di
sebut dengan anemia.
B.
Saran
Alat
praktikum : Sebaiknya alat praktikum memadai sehingga semua mahasiswi dapat
melakukan percobaan secara individu, alat juga di jaga kebersihannya.
Asisten
dosen : Agar asisten dosen dalam
mengambil keputusan lebih bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar